Rabu, 11 April 2012

Teori Perkembangan Kognitif dan Implikasi pada PAI





BAB I
PENDAHULUAN
            Berbicara tentang pendidikan tidak terlepas dari berbagai aspek, antara lain tujuan, kurikulum, metode, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam memilih metode maupun evaluai guru harus memperhatikan aspek psikologis anak didik sehingga dalam mengadakan proses pembelajaran tidak ada ketimpangan atau kesenjangan antara materi dan aspek psikologis anak didik
Piaget bukanlah seorang pendidik, tetapi dia memberi suatu kerangka konseptual yang bagus untuk memandang masalah-masalah pendidikan, termasuk pembelajaran. Terdapat beberapa prinsip dalam teori perkembangan kognitif Piaget yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Pertama, isu terpenting dalam pembelajaran adalah komunikasi. Menurut teori Piaget, pikiran anak bukan suatu kotak yang kosong; sebaliknya anak memiliki sejumlah gagasan tentang dunia  fisik dan alamia, yang bereda dengan gagasan-gagasan orang dewasa. Sebagai orang tua atau guru harus belajar memahami apa yang dikatakan oleh anak-anak atau peserta didik dan menanggapi dengan cara bicara yang sama dengan yang digunakan oleh anak-anak. Kedua, anak atau peserta didik belajar mengkonstruksi pengetahuanya sendiri. Ketiga, anak atau peserta didik pada dasarnya adalah suatu makluk yang berpengetahuan, yang selalu  termotivasi untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain anak memiliki keaktifan belajar.
Pembelajarn PAI yang selama ini masih banyak kritikan, kurang optimal dan kurang memperhatikan perkembangan kognisi peserta didik, maka dalam rangka pengembangan pembelajaran supaya lebih optimal dapat menggunakan teori perkembnagan kognitif Piaget sebagai pertimbangan.
Oleh karena itu tulisan ini memaparkan tentang sejarah singkat kehidupan Piaget, tahap perkembangan kognitif Piaget, dan implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Kognitif
Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Untuk melakukan ini kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya kita berfikir tentang situasi sama baiknya kita berfikir tentang situasi sama baiknya kita berfikir tentang kepercayaan, harapan dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaiman dan apa yang kita pelajari. Dua siswa mungkin dalam kelas yang sama tetapi belajar dua pelajaran yang berbeda. Apa yang di pelajari setiap siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing-masing siswa dan bagaiman informasi baru diproses.
Pandangan kognitif melihat belajar sebagai suatu yang aktif, mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelasaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Mereka dipengaruhi oleh lingkungan, orang akan aktif memilih, memutuskan, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan dan membuat banyak respon lain untuk mengejar suatu tujuan. Satu hal paling penting yang mempengaruhi dalam proses ini adalah apa yang individu pikirkan dalam situasi belajar. Ahli-ahli psikologi kognitif menjadi lebih berminat dalam peranan pengetahuan dalam belajar. Apa yang telah kita ketahui menentukan seberapa luasnya apa yang akan kita pelajari, yang kita ingat dan yang kita lupakan.
Bransford (1989) mneguraikan singkat tentang teori kognitif. Yang penting dalam hal ini adalah bagaiman orang belajar, mengerti dan mengingat informasi, dan mengapa beberapa orang dapat melakukan dengan baik dan yang lainnya tidak. Kenyataannya ahli-ahli kognitif lebih cenderung menyelidiki aspek-aspek penting dalam belajar, seperti bagaiman orang dewasa mengingat informasi verbal atau bagaimana anak-anak memahami cerita-cerita.[1]
Pada dasarnya terdapat dua pendapat tentang teori belajar yaitu teori belajar aliran behavioristik dan teori belajar kognitif. Teori belajar behavioristik menekankan pada pengertian belajar merupakan perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar adalah sesuatu yang dapat diamati dengan indra manusia langsung tertuangkan dalam tingkah laku. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriono (1991: 121) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[2]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B.     Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
 Telah diketahui bersama bahwa peserta didik berkembang dipengruhi oleh potensi yang ada pada dirinya dan dikembangkan oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan di mana peserta ia berada. Tugas guru atau pendidik ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman yang mampu mengembangkan potensi secara wajar.
Jean Piaget telah banyak membuat kajian dan eksperimen dalam bidang psikologi pembelajaran kanak-kanak. Beliau berpendapat bahwa pemikiran kanak-kanak berbeda pada masing-masing tingkatan. Ia membagi perkembangan pemikiran kanak-kanak menjadi empat tingkatan; tingkatan sensorimotor, tingkat praopersai, tingkatan operasi konkret, dan tingkatan operasi formal. Setiap tahap mempunyai tugas kognitif yang harus diselesaikan. Tingkatan sensori motor (0-2 tahun), pemikiran anak berdasarkan tindakan indrawinya. Tingkatan Praoperasional (2-7 tahun),  pemikiran anak ditandai dengan penggunaan bahasa serta tanda untuk menggambarkan konsep. Tingkatan Operasi konkret (7-11 tahun) ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Tahap Operasi Formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif. Secara skematis, keempat tinkatan itu dapat digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel Skema Empat Tingkatan Perkembangan Kognitif Piaget.[3] 
Tahap
Umur
Ciri pokok Perkembangan

Sensorimotor

0-2 tahun
·                   Berdasarkan tindakan
·                   Langkah demi langkah

Praeperasi

2-7 tahun
·      Penggunaan simbul/bahasa tanda
·      Konsep intuitif

Operasi Konkret

8-11 tahun
·      Pakai aturan jelas/logis
·      Reversibel dan kekekalan

Operasi Formal

11 tahun ke atas
·     Hipotesis
·     Abstrak
·       Deduktif dan induktif
·       Logis dan Probabilitas
1.      Tahap Sensorimotor
Tahap ini berlangsung dari kelahiran sampai usia 2 tahun, merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensiris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik, oleh karena itulah istilahnya sensorimotor.[4] Pada permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir sedikit lebih banyak dari pada pola-pola refleks. Pada akhir tahap, anak berusia 2 tahun memiiki pola-pola sensorimotor yang kompleks dan mulai berpoerasi dengan simbol-simbol primitif.
2.      Tahap Praoperasi
Peringkat ini bermula dari umur 2 tahun hingga 7 tahun,merupakan tahap kedua Piaget. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar.[5] Pada peringkat ini, anak-anak lebih sosial dan menggunakan bahasa serta tanda untuk menggambarkan sesuatu konsep. Secara jelas, penggunaan bahasa pada masa ini menggambarkan cara berfikir simbolik.[6]Disampin dicirikan berfikir simbolik pada masa ini, juga dicirikan dengan pemikiran intuitif.  Pemikiran simbolis, yaitu pemikiran dengan menggunakan simbol atau tanda, berkembang sewaktu anak mulai suka menirukan sesuatu. Keaktifan anak menirukan orang tuanya  akan memperlancar pemkiran simbolisnya. Demikian juga kemapuan sesorang anak menirukan berbagai hal yang dialami dalam hidupnya akan membantu pembentukan pengetahuan simbolisnya. Dengan  adanya penggunaan simbol, anak dapat mengugkapkan dan sesuatu hal yang terjadi, dapat membicarakan macam-macam benda dalam waktu bersamaan.
Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa dinalar terlebih dahulu.[7] Intuisi merupakan pemikiran imajinal atau sesasi langsung tanpa dipikir lebih dahulu. Memang pemikiran intuitif ini memiliki kelamahan yaitu anak hanya dapat lihat satu arah saja, anak belum dapat melihat pluralitas gagasan, tetapi hanya satu arah saja. Apabila beberapa gagasan digabungkan, pemikiran anak menjadi kacau. Dengan kata lain pada masa ini anak belu mampu berfikir decentred, melihat berbagai segi dalam satu kesatuan.
3.      Tahap Operasi Konkret
Peringkat ini bermula dari umur 7 tahun hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini , anak-anak dapat melakukan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret.[8] Operasi itu bersifat reversibel, artnya dapat mengerti dalam dua arah, yaitu sutu pemikiran yang dapat dikebalikan kepada awalnya lagi. Yang juga sangat maju dalam tahap ini adalah kemampuan anak mengurutkan dan mengklasifikasi objek
Dengan operasi itu anak telah mengembengkan pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi. Pada tahap ini anak juga sudah mampu menganalisis dari berbagai segi.Meskipun pada tahap ini anak sudah mengembangkan pemikiran logis tetapi masih terbatas pada suatu yang konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotetis.
4.      Peringkat Operasi Formal
Peringkat ini bermula daripada umur 11 tahun, merupakan tahap keempat Piaget. Pada tahap ini anak-anak melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan  berfikir secara abstrak dan lebih logis.[9] Mereka memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan reasoning dan logika. Ada pembebasan pemikiran dari pengalaman langung menuju ke pemikiran yang berdasarkan proposisi dan hipotesis. Asimilasi dan akomodasi terus berperan dalam mmbentuk skema yang lebih menyeluruh pada pemikiran remaja. Pada saat ini, pemikiran remaja dengan pemikran orang dewasa sama secara kualitas, namun bereda secara kuantitas.[10] Pengalaman dan skema orang dewasa lebh banyak dibandingkan dengan seorang remaja.
Pada pemikiran formal, unsur pokok pemikiran adalah pemikiran deduktif, induktif, dan abstrkatif. Pemikiran deduktif, mengambil kesimpulan khusus dari pengalaman yang umum. Pemikiran induktif, mengambil kesimpulan umum dari pengalaman-pengalaman yang khusus, dan pemikiran abstraktif tidak langsung dari objek. Pada tahap perkembangan ini, remaja sudah dapat memahami konsep proposisi dengan baik, menggunakan kombinasi dalam pemikirana, dapat menggabungkan dua refrensi pemikiran, sudah mengerti probabilitas dengan unsur yang menyertainya serta permutasinya.
Prinsip-Prinsip Utama Teori Pembelajaran menurut Jean Piaget.
a)      Belajar aktif
Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan. Manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
b)      Belajar lewat interaksi sosial.
Tanpa intraksi sosial, perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah pada banyak pandangan dengan macam-macam sudut pandang dari alternatif tindakan.
c)      Belajar lewat pengalaman sendiri.
Bahasa memang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif , namun bila menggunakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman sendiri maka perkembangan anak cenderung mengarah pada verbalisme.
C.    Impilkasi teori kognitif dalam pembelajaran PAI
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang sangat urgent  atau penting.  Hal itu disebabkan karena PAI tidak hanya belajar dan fokus dengan teori-teori saja, tetapi ditekankan pada praktek di kehidupan sehari-hari siswanya. Lebih jauh lagi dengan belajar PAI para siswa diharapkan memiliki rasa agama (religiusity) yang kuat sehingga menjadikan siswa-siswanya sebagai generasi penerus bangsa yang amanah dan berakhlakul karimah. Setelah di atas dibahas tentang teori perkembangan kognisi Jean Piaget, maka disini kami mengaitkan antara teori perkembangan kognisi Jean Piaget dengan pembelajaran PAI. Telah disebutkan bahwa Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dan semakin canggih seiring bertambahnya usia, yaitu
1.      Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)
2.      Periode praoperasional (usia 2-7 tahun)
3.      Periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun)
4.      Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Pada tahap sensorimotor PAI sudah dapat diajarkan pada anak. Seperti membiasakan membaca hamdalah, makan dengan tangan kanan dan sebagainya. Karena pada tahap ini anak mengandalkan reflex bawaaannya untuk mengeksplorasi dunianya. Dengan membiasakan membaca hamdalah dan sebagainya diharapkan ketika dewasa nanti sang anak akan selalu melakukannya karena suadah menjadi reflek sejak kecil.
Selanjutnya pada tahapan praoperasional anak akan belajar menggunakan dan mempresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Sehingga ketika sang anak banyak bertanya janganlah dimarahi, tetapi jawablah dengan lemah lembut dan pengertian. Kaitkanlah penjelasan-penjelasan yang kita sampaikan pada anak dengan keislaman. Contohnya ketika anak bertanya tentang hewan peliharaan ayam maka terangkanlah ayam itu apa, disambung dengan manfaat ayam. Kita juga harus menyayangi ayam dengan cara memberinya makan, hal ini merupakan bagian dari keislaman karena islam mengajarkan kita memiliki kasih saying pada makhluk ciptaa Allah swt. Pelajaran-pelajaran yang diterima oleh sang anak akan membekas pada dirinya sampai anak dewasa bahkan sampai ajal menjemputnya.
Pada tahap yang ketiga, yaitu tahap operasional konkrit sang anak sudah dapat menggunakan logikanya secara memadai. Sudah saaatnya sang anak diajari tata cara beribadah sesuai syariat, membiasakan anak untuk taaat beribadah, mengingatkan anak bila berbuat jelek, mengajaknya pada pembiasaaan perbuatan baik.
Pada tahap yang terakhir, yaitu tahapan operasional formal sanga anak sudah mampu berfikir secara abstarak, menalar secara logis dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sudah dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan niali. Sang anak sudah bisa diajak untuk memaknaiarti ibadah yang dilakukan, mengartkan kejadian-kejadian dalam hidup, melati kesabarannya, menghargai orang lain dan sebagainya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi anak karena sebentar lagi dia akan menginjak masa dewasa dimana seseorang harus sudah peka dengan kondisi sosial sekitaarnya dan menghadapinya dengan penuh kebijaksanaan, sehingga tujuan-tujuan hidup yangmulia dapat tercapai dengan baik, meskipun tidak dipungkiri bahwa untuk mencapai tahaan ini harus melewatinya dengan pengalaman-pengalaman yanga baiak atau buruk. Hal ini sudah menjadi kodrat manusia. Manusia sudah seharusnya menuju arah yang lebih baik agar tercapai tujuan hidupnya yang hakiki.

DAFTAR PUSTAKA

Esti Wuryani Djiwandono, Sri. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Psikologi PAI/teori-belajar-kognitif.html, di akses pada 27/03/2012, pukul 13:27
Santrock, John W. 2002. life-Span devepoment. Jilid 1. Penterjemah Ahmad Chusairi, dkk. Jakarta: Erlangga
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara
Suparno, Paul. 2001. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yoyakarta: Kanisius


[1] Sri esti wuryani djiwandono. Psikologi pendidikan (Jakarta: PT Gramedi. 2008), hal 150
[2] Psikologi PAI/teori-belajar-kognitif.html
[3] Paul Suparno, 2001, Teori perkembangan kognitif Jean Piaget, Yoyakarta: Kanisius, hal. 25.
[4] John W. Santrock, 2002. life-Span devepoment,Jilid 1,  Penterjemah Ahmad Chusairi, dkk, Jakarta: Erlangga, hal. 44.
[5] Ibid, hal. 45.
[6] Paul Suparno, Op.Cit, hal. 49.
[7] Ibid, hal. 62.
[8] John W. Santrock, Op. Cit, hal. 45
[9] Ibid, hal. 45.
[10] Paul Suparno, Op.Cit, hal 100.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar